Senin, 15 September 2014

Elektronika: Robot Light Follower


Robot light follower adalah robot yang bisa bergerak mengikuti jalur pandu cahaya. Cahaya pandu yang digunakan dalam hal ini adalah cahaya lampu senter yang dihadapkan di depan robot, kiri, kanan,tengah, karena robot tersebut akan menginputkan algoritma yang sudah diprogram yang dimana algoritma tersebut membandingkan mana cahaya yang lebih terang maka robot tersebut akan mengikuti arah cahaya yang lebih terang dan diterima oleh LDR (Light dependent resistor).
Light Follower dirancang untuk bergerak menuju sumber cahaya, sensor cahaya yang digunakan adalah dioda foto (photodiode). Apabila dioda foto dikenai cahaya dengan intensitas tertentu, maka nilai resistansi menurun sehingga ada arus mengalir menuju resistor variabel 10 kΩ. Sebagian arus dialirkan menuju kaki basis transistor BD139 yang difungsikan sebagai saklar elektronik untuk menyalakan motor. Begitu kaki basis (B) transistor BD139 mendapatkan arus yang cukup, maka arus dari kaki kolektor (C) dapat mengalir menuju kaki emitor (E) sehingga motor menyala. Dioda yang dipasang paralel dengan motor berguna sebagai pengaman arus balik yang dihasilkan oleh kumparan pada motor supaya tidak mengalir ke arah transistor karena dapat merusaknya.
Sementara itu, lampu LED yang disertakan hanyalah sebagai aksesori. Oleh karena itu, LED dapat ditiadakan atau agar tampak lebih menarik bisa diganti dengan LED banyak warna yang berkedip-kedip.
Komponen:
U  Resistor R  10kΩ = 2 buah
U  Photodiode = 2 buah
U  LED = 2 buah
U  Transistor BD139 = 2 buah
U  Dioda 1N4002 = 2 buah
U  Motor DC = 2 buah
U  Kabel
U  Papan PCB
U  Baterai 3V = 2 buah



Agama: Sejarah Singkat Perjalanan Hidup Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad dilahirkan dalam keluarga bani Hasyim di Mekah pada hari Senin, tanggal 12 Rabi’ul Awwal, pada permulaan tahun Tahun Gajah. Dinamakan demikian karena pada tahun itu pasukan Abrahah, gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia), dengan menunggang gajah menyerang Kota Mekah untuk menghancurkan Ka’bah.  Bertepatan dengan tanggal 20 April tahun 571 Masehi. Ini berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad Sulaiman Al-manshurfury dan peneliti astronomi, Mahmud Pasha.
Nabi Muhammad adalah anggota bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari bani Zuhrah. Nabi  Muhammad dilahirkan dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia saat Nabi Muhammad berusia 6 bulan dalam kandungan.
Tidak lama setelah kelahirannya, bayi Muhammad SAW diserahkan kepada Tsuwaibah, budak perempuan pamannya. Meskipun diasuh olehnya hanya beberapa hari, nabi tetap menyimpan rasa kekeluargaan yang mendalam dan selalu menghormatinya. Nabi SAW selanjutnya dipercayakan kepada Halimah, seorang wanita badui dari Suku Bani Sa’ad. Bayi tersebut diasuhnya dengan hati-hati dan penuh kasih sayang, dan tumbuh menjadi anak yang sehat dan kekar. Pada usia lima tahun, nabi dikembalikan Halimah kepada tanggung jawab ibunya.
Ketika Nabi Muhammad SAW kira-kira berusia enam tahun, ibunya meninggal, maka beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Munthalib. Dua tahun kemudian, kakeknya yang berumur 82 tahun,  juga meninggal dunia. Maka pada usia delapan tahun itu, nabi ada di bawah tanggungjawab pamannya Abi Thalib.
Pada usia depan tahun, seperti kebanyakan anak muda seumurnya, nabi memelihara kambing di Mekkah dan menggembalakan di bukit dan lembah sekitarnya. Pekerjaan menggembala sekawanan domba ini cocok bagi perangai orang yang bijaksana dan perenung seperti Muhammad SAW muda, ketika beliau memperhatikan segerombolan domba, perhatiannya akan tergerak oleh tanda-tanda kekuatan gaib yang tersebar di sekelilingnya.
Diriwayatkan bahwa ketika berusia dua belas tahun, Muhammad SAW menyertai pamannya, Abu Thalib, dalam berdagang menuju Suriah, tempat kemudian beliau berjumpa dengan seorang pendeta, yang dalam berbagai riwayat disebutkan bernama Bahira. Meskipun beliau merupakan satu-satunya nabi dalam sejarah yang kisah hidupnya dikenal luas, masa-masa awal kehidupan Muhammad SAW tidak banyak diketahui.
Muhammad SAW, besar bersama kehidupan suku Quraisy Mekah, dan hari-hari yang dilaluinya penuh dengan pengalaman yang sangat berharga. Pada masa mudanya, beliau telah menjadi pengusaha sukses dan hidup berkecukupan dari hasil usahanya. Kemudian pada usia 25 tahun, beliau menikah dengan pemodal besar Arab dan janda kaya Mekkah, Khadijah binti Khuwailid yang telah berusia 40 tahun.
Menjelang usianya yang keempat puluh, Muhammad SAW terbiasa memisahkan diri dari pergaulan masyarakat umum, untuk berkontemplasi di Gua Hira, beberapa kilometer di Utara Mekah. Di  gua tersebut, nabi mula-mula hanya berjam-jam saja, kemudian berhari-hari bertafakur. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Muhammad SAW mendapatkan wahyu pertama dari Allah melalui Malaikat Jibril, yaitu ayat 1 sampai 5 dalam surat Al-‘Alaq:

Artinya:
1.  Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2.  Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.  Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4.  Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5.  Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Dengan turunnya wahyu yang pertama itu,berarti Muhammad SAW telah dipilih Allah sebagai nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.
Peristiwa turunnya wahyu itu menandakan telah diangkatnya Muhammad SAW sebagai seorang nabi penerima wahyu di tanah Arab. Malam terjadinya peristiwa itu kemudian dikenal sebagai “Malam Penuh Keagungan” (Laylah Al-Qadar), dan menurut sebagian riwayat terjadi menjelang akhir bulan Ramadhan. Setelah wahyu pertama turun, yang menandai masa awal kenabian, berlangsung masa kekosongan, atau masa jeda (fatrah). Ketika hati Muhammad SAW diliputi kegelisahan yang sangat dan merasakan beban emosi yang menghimpit, dia pulang ke rumah dengan perasaan waswas, dan meminta istrinya untuk menyelimutinya. Saat itulah turun wahyu yang kedua (Al Mudatsir 1-7) yang berbunyi:

Artinya:
1.  Hai orang yang berkemul (berselimut),
2.  Bangunlah, lalu berilah peringatan!
3.  Dan Tuhanmu agungkanlah!
4.  Dan pakaianmu bersihkanlah,
5.  Dan perbuatan dosa tinggalkanlah,
6.  Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
7.  Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

Dengan turunnya awal surat al-Muddatstsir itu, mulailah Nabi Muhammad SAW berdakwah, pertama-tama, beliau melakukannya secara diam-diam di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya. Karena itulah, orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya. Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang baru berumur 10 tahun. Kemudian, Abu Bakar Ash-Shiddiq, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Lalu Zaid bin ‘Amr, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, pengasuh nabi sejak Aminah masih hidup, juga termasuk orang yang pertama masuk Islam.
Setelah beberapa lama dakwah Nabi Muhammad SAW tersebut dilaksanakan secara individual, turunlah perintah agar nabi menjalankan dakwah secara terbuka. Mula-mula beliau mengundang dan menyeru kerabat karibnya dan Bani Abdul Munthalib.  Karena mendapat perintah dan dipicu oleh tugas baru yang harus beliau laksanakan sebagai seorang utusan Allah, Muhammad SAW menemui dan berbaur di tengah masyarakatnya untuk mengajar, berdakwah, dan menyampaikan risalah barunya. Kebanyakan mereka menertawakan dan memakinya. Pada tahap itulah beliau berperan sebagai nadzir, pemberi peringatan, dan sekaligus nabiy, yang berusaha melaksanakan misinya dengan memberikan gambaran yang jelas tentang nikmat surga dan siksa neraka. Beliau juga memperingatkan kaumnya tentang kedatangan hari kiamat yang tidak akan lama lagi. Singkat, tegas, ekspresif, dan mengesankan merupakan karakteristik wahyunya yang paling awal, yaitu surah-surah Makiyah.
Banyak cara yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi Muahammad SAW. Pertama-tama mereka mengira bahwa kekuatan nabi terletak dari perlindungan dan pembelaan Abu Thalib yang sangat disegani itu. Karena itu mereka menyusun siasat bagaimana melepaskan hubungan nabi dengan pamannya itu. Mereka pun mengancam Abu Thalib. Nampaknya Abu Thalib cukup terpengaruh oleh ancaman mereka, sehingga ia mengharapkan Muhammad SAW menghentikan dakwahnya. Namun, Nabi Muhammad SAW menolak untuk menghentikan dakwahnya, meskipun diancam akan dikucilkan oleh seluruh anggota keluarga dan sanak saudara.
Setelah cara-cara diplomatik dan bujuk rayu yang dilakukan kaum Quraisy gagal, tindakan-tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnya sudah dilakukan semakin ditingkatkan. Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Mekah terhadap kaum muslimin itu, mendorong Nabi Muhammad SAW untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya ke luar Mekah. Pada tahun kelima kerasulannya, nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagi negeri tempat pengungsian.
Usaha orang-orang Quraisy  untuk menghalangi hijrah ke Habsyah ini, termasuk membujuk  Negus (Raja) agar menolak kehadiran umat Islam di sana, gagal. Bahkan, di tengah meningkatnya kekejaman itu, dua orang Quraisy masuk Islam, Hamzah dan Umar bin Khathab. Dengan masuk Islamnya dua tokoh besar ini posisi Islam semakin kuat.
Sekitar tiga tahun sebelum Hijrah, Khadijah meninggal dunia, dan tidak berapa lama kemudian disusul oleh pamannya, Abu Thalib yang meskipun tidak sempat memeluk agama Islam, tapi tetap setia membela anak saudaranya itu hingga akhir hayatnya. Namun, menurut Badri Yatim bahwa Khadijah meninggal dunia tiga hari setelah pamannya, Abu Thalib,  meninggal dunia pada usia 87 tahun. Peristiwa ini terjadi pada tahun kesepuluh kenabian. Tahun itu merupakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad SAW. Sepeninggal dua pendukung itu, kafir Quraisy tidak segan-segan lagi melampiaskan nafsu amarahnya terhadap nabi. Melihat reaksi penduduk Mekkah demikian, nabi kemudian berusaha menyebarkan Islam ke luar kota. Namun, di Thaif beliau diejek, disoraki, dan dilempari batu, bahkan sampai terluka di bagian kepala dan badannya.
Dalam masa prahijrah ini, juga terjadi sebuah peristiwa dramatis, yaitu Isra’ Mi’raj.  Isra’, perjalanan di malam hari, ketika nabi diperjalankan secepat kilat dari Ka’bah ke Yarusalem, lalu naik ke langit ketujuh (Mi’raj). Karena menjadi transit dalam perjalanan menuju langit, Yarusalem, yang saat itu telah menjadi tempat suci umat Yahudi dan Kristen, kemudian menjadi kota suci ketiga umat Islam setelah Mekah dan Madinah.
Pasca meninggalnya orang-orang yang dicintai sekaligus pendukung utama nabi itu, ancaman dan perlakuan tidakmanusiawi yang ditujukan oleh masyarakat Mekkah kepada nabi semakin menjadi-jadi. Termasuk adanya ancaman bahwa nabi akan dibunuhAkhirnya setelah 13 tahun lamanya beliau berdakwa di Mekkah, beliau pun hijrah ke Madinah. Hijrahnya beliau ini kemudian ditandai sebagai awal mula kalender Hijriyah.
Islam adalah agama yang damai. Ajkan tetapi, jika berbicara tentang pertahanan terhadap musuh, maka sistem pertahanan ini perlu dibangun dalam rangka melindungi agama, negara, dan masyarakat yang ada.
Tercatat peperangan yang dialami nabi adalah perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandak, Perang Tabuk. Perang Badar adalah perang yang dimenangkan dengan mutlak oleh umat Islam.
Setahun setelah perang Tabuk, Nabi Muhammad melaksanakan Haji Wada’. Beliau berpesan kepada seluruh umat manusia. “Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahwa tuhan kamu maha esa dan kamu semua adalah satu keturunan yaitu keturunan Nabi Adam AS. Semulia-mulia manusia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara dan kamu tidak akan sesat selama-lamanya selagi kamu berpean teguh dengan dua perkara itu, yaitu kitab Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah.” Dan Rasulullah menerima wahyu terakhir yaitu surat Al Ma’idah ayat 3:


Artinya:
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Setelah 10 tahun beliau berdakwah di Madinah, yakni setelah Haji Wada’ dilaksanakan, kesehatan beliau semakin memburuk. Akhirnya beliau wafat pada Hari Senin bulan Rabiul Awwal pada tahun ke-12 Hijriyah.